Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MINDFUL LIFE DENGAN MENCUCI PIRING

 Mencuci piring seringkali dinilai sebagai pekerjaan rumah tangga yang remeh-temeh. Tidak jarang kita sendiri atau anggota keluarga di rumah malas untuk mencuci piring, sehingga piring-piring kotor tersebut menjadi menumpuk. Kemudian berharap ada orang lain yang mencucikannya. Biasanya nih yang jadi "korban" mencuci tumpukan piring adalah asisten rumah tangga (ART), atau kalau nggak punya ART bisa jadi ibu kita sendiri. Setelahnya ibu kita nggak jarang jadi mengomel karena kebiasaan buruk kita yang suka menumpuk piring kotor. Aku sendiri pun selama ini kalau mencuci piring, apalagi yang sudah menumpuk, bawannya kesal karena merasa mereka yang makan nggak bertanggung-jawab atas piring kotornya masing-masing. Jangankan sewaktu mencuci, melihat piring kotor menumpuk aja udah kesal hahaha. Satu sisi memang aku suka akan kebersihan, tapi satu sisi merasa jengah juga kalau  begitu setiap hari 😓. 


Kira-kira kenapa ya kita begitu malas mencuci piring? Apa karena memang tidak suka. atau karena belum menemukan cara yang pas untuk mencuci piring. Padahal bisa dibilang mencuci piring itu sederhana loh. Walau sederhana, faktanya mencuci piring punya manfaat yang tidak sederhana. Thich Nhat Hanh dalam bukunya The Miracle of Mindfulness, mengisahkan kisah sederhana bersama seorang temannya ketika mencuci piring. 

Ketika berada di Amerika Serikat, Thich Naht Hanh memiliki seorang teman dekat bernama Jim Forest. Saat musim dingin datang, Jim datang berkunjung. Thich Naht Hanh biasanya mencuci piring setelah selesai makan malam, sebelum duduk dan minum teh dengan orang lain. Suatu malam, Jim bertanya apakah dia bisa mencuci piring. Thich Naht Hanh berkata, "Silakan, tetapi jika Anda mencuci piring Anda harus tahu cara mencucinya." Jim menjawab, "Kamu pikir aku tidak tahu cara mencuci piring?" Thich Naht Hanh menjawab, "Ada dua cara mencuci piring, yang pertama adalah mencuci piring untuk mendapatkan piring bersih dan yang kedua adalah mencuci piring untuk mencuci piring." Nah, manakah cara yang akan dipilih oleh Jim? "Aku memilih cara kedua - mencuci piring untuk mencuci piring." Sejak saat itu, Jim tahu cara mencuci piring. Thich Naht Hanh telah berhasil mentransfer "tanggung jawab" kepadanya selama satu minggu penuh.

Makna dari pilihan Jim di atas adalah tidak ada alasan lain untuk mencuci piring selain hanya untuk mencuci piring tersebut. Kita seringkali secara tidak sadar atau pun sadar menjadi tidak fokus ketika mencuci piring. Tangannya sih gosok-gosok piring pakai busa dan sabun, tapi pikirannya melayang kemana-mana. Ayo, ngaku gak? Aku pun sering begitu, jadi jangan merasa kecil hati ya hehehe. Sebaiknya memang kita benar-benar fokus dalam mencuci piring. Mencuci piring bukan untuk menyelesaikan tanggung jawab membersihkan piring supaya mendapatkan piring bersih dan bisa digunakan kembali (ini aku banget), bukan karena harus  segera mencuci piring karena terburu-buru untuk pergi jalan-jalan (ini juga), dan bukan untuk memikirkan hal-hal selanjutnya yang belum tentu terjadi setelah mencuci piring (apalagi ini).  
Washing your hands, washing the dishes, sweeping the floor, drinking tea, talking to friends or whatever you are doing: "While washing  the dishes, you might be thinking about the tea afterwards, and so try to get them out of the way as quickly as possible in order to sit and drink tea. But that means that you are incapable of living during the time you are washing the dishes. When you are washing the dishes, washing the dishes must be the most important thing in your life. Just as when you're drinking tea, drinking tea must be the most important thing in your life. When you're using the toilet, let that be the most important thing in your life." And so on. Chopping wood is meditation. Carrying water is meditation. Be mindful 24 hours a day, not just during the one hour you may allot for formal meditation or reading scripture and reciting prayers. Each act must be carried out in mindfulness. Each act is a rite, a ceremony. Raising your cup of tea to your mouth is a rite. Does the word "rite" seem too solemn. I use that word in order to jolt you into the realization of the life-and-death matter of awareness. (Thich Nhat Hanh)
Begitulah salah satu cara mindful life atau hidup penuh penyadaran dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak memikirkan hal lain alias kita benar-benar fokus - hadir penuh untuk melakukan suatu kegiatan. Walaupun kegiatan itu adalah hal yang sangat sederhana. Ini lah yang menjadikan kegiatan mencuci piring merupakan salah satu latihan dalam mencapai mindful life dan dijadikan sebagai praktek self healing meditation. Aku masih terus berusaha belajar fokus mencuci piring, mencoba enjoy dan berusaha untuk gak ngedumel dalam hati karena kesal mencuci piring kotor yang menumpuk terus. Sedang berusaha belajar mengubah mindset bahwa mencuci piring adalah latihan mindful living yang tidak boleh aku lewatkan. Bagiku sekarang kalau kita tidak bisa fokus mencuci piring, gimana kita bisa fokus melakukan kegiatan lainnya, ya? Hmm oke ini aku ngomong di depan kaca sih 😂. 

Oya, jangan khawatir Thich Nhat Hanh juga membagikan cara untuk mindful saat mencuci piring. Cuci piring dengan santai, seolah-olah setiap piring (mangkuk) adalah sebuah objek kontemplasi. Anggaplah setiap piring sebagai benda sakral. Ikutilah nafas untuk mencegah pikiran kita melayang kemana-mana atau tidak fokus. Jangan mencoba untuk segera menyelesaikan pekerjaan. Pertimbangkan mencuci piring adalah hal terpenting dalam hidup, bahwa mencuci piring adalah sarana meditasi. Jika kita tidak dapat mencuci piring secara mindful, kita juga tidak dapat bermeditasi sambil duduk dalam keheningan. Selain itu menurutku, kita juga tidak perlu merasa tertekan dalam latihan mindful saat mencuci piring. Santai saja, ya namanya juga latihan kan? Yang penting terus belajar untuk konsisten saja. Pasti bisa!

Posting Komentar untuk "MINDFUL LIFE DENGAN MENCUCI PIRING"